110. Scavenger Hunt

680 118 23
                                    

Lomba berikutnya adalah lomba berburu barang. Para peserta akan mengambil sebuah kertas secara acak kemudian mencari benda yang tertulis di kertas itu dan membawanya ke garis finis. Lomba kali ini Arashi khusus diikutsertakan. Dengan kemampuan observasinya yang luar biasa, teman sekelasnya mempercayakan lomba ini pada Arashi.

"Ah, Kagetora-sama ikut pertandingan ini rupanya." Arashi berpaling menuju sumber suara.

"Hmm ..., Taro," terka Arashi.

"Saya Sudo," ucap Sudo membetulkan. "Tapi siapa sangka Kagetora-sama akan ikut pertandingan seperti ini. Biarpun saya anak buah Kagetora-sama, tapi di pertandingan ini saya tidak akan mengalah loh!" Sudo mendeklarasikan perangnya.

"Hah? Kau itu cuman budak, mengalah sajalah." Arashi mengancam dengan tatapan tajamnya.

"Eh, ah, ta-tapi."

"Akan kuantar kau ke rumah sakit itu lagi." Aura gelap muncuk di belakang tubuh Arashi, mengentalkan tatapan tajamnya yang tertuju pada Sudo.

"Ba-baik, saya akan mengalah," ucap Sudo pasrah. Seketika kemudian Arashi pun menyengir lebar.

"Haha, bercanda saja, berjuanglah sekuat tenaga."

"Ka-Kagetora-sama." Sudo menatap haru Arashi dengan kilauan di matanya.

"Soalnya, aku tidak mungkin kalah." Sekali lagi aura gelap muncul dari tubuh Arashi, dan Sudo pun berpikir, sebaiknya dia tidak usah berhadapan dengan Arashi.

Ptar

Arashi pun melesat cepat menuju hamburan kertas yang tersebar di lapangan. Dengan seksama dia memperhatikan lipatan-lipatan kertas itu, berusaha menerawang apa isinya. Sekiranya benda itu susah dicari, Arashi akan melewatinya.

"Hah?! Di mana aku harus mencari pedang suci?!" teriak Sudo yang langsung mengambil kertas paling depan.

Sial untukmu.

Arashi membatin sambil terus mencari. Setelah 15 detik meneliti, akhirnya pilihan Arashi jatuh pada kertas yang berada di arah jarum jam 10 tubuhnya.

Setelah melihat isinya, Arashi pun tersenyum. Dengan santai dia pergi ke pinggir lapangan sambil memanjangkan lehernya.

"Ah, ketemu!" Arashi pun langsung menarik tangannya.

"Kagetora Arashi, apa maksudnya ini?" Tangan yang ditarik oleh Arashi itu adalah tangan milik komite kedisiplinan, Yumiko Hori.

"Aku akan meminjammu sampai garis finis," jelas Arashi.

"Kenapa harus aku? Kelas kita beda loh, oi dengarkan aku!" Arashi terus membawanya tanpa menunggu persetujuan orang yang ditarik.

"Kalau bukan kau, tidak ada artinya, kertas ini hanya cocok denganmu," jawab Arashi sambik terus membawa Yumiko.

Yumiko tidak tau harus menanggapi bagaimana. Kalimat Arashi tadi sedikit membuatnya malu-malu, tapi rasa penasaran masih menghantuinya.

Setibanya di garis finis, Yumiko kembali memastikan.

"Memangnya apa yang tertulis di kertas itu?" tanyanya.

"Polkadot," jawab Arashi santai.

"Hah? Polkadot dan aku apa kaitan-eh?" Yumiko kemudian terpikir sesuatu.

"Tolong tunjukkan barang yang tertulis di kertas itu," pinta seorang panitia.

"Yumiko, silakan tunjukkan," tambah Arashi.

"Mana mungkinlah aku menunjukkan celana dalamku! Kubunuh kau Kagetora Arashi, berulang kali, berulang kali, selalu saja, kenapa kau bisa tau celana dalam yang kupakai?!" Yumiko mencekek leher Arashi dengan sangat keras sampai wajahnya membiru.

NEXT>>>

Bad Boy and His CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang