40. Bad Luck

1.3K 228 89
                                    

Cuaca kini sudah mulai tidak bersahabat. Suhu udara meningkat beberapa derajat. Awan kelabu kerap kali menghiasi langit di pagi hari. Bunga-bunga hortensia bermekaran menghiasi perjalanan. Semua pertanda itu memberikan kabar bahwa musim panas akan segera tiba.

Arashi berjalan santai menuju sekolahnya seperti biasa. Menenteng tasnya di pundak dengan wajah bosan.

Entah karena apa, pagi itu Arashi berjalan agak memutar melewati komplek pertokoan yang masih sepi. Dengan tujuan yang tidak jelas, dia berkeliling-keliling seakan ingin membuang waktu sebelum sampai di sekolahnya.

Saat itulah seseorang menyapa, "Anak muda, auramu saat ini sangat mirip dengan awan di langit, warna gelap kelabu."

Arashi segera menoleh ke asal suara di mana seorang nenek tua duduk memandang bola kristalnya.

"Berhati-hatilah nak, nasib sial akan menjatuhimu," ucap nenek itu.

"Tahukah nek, aku tidak percaya ramalan." Arashi segera berlalu meninggalkan nenek itu.

Setelah berjalan agak jauh, sampai di mana Arashi tidak melihat nenek itu lagi, dia berhenti sejenak. Firasatnya merasa tidak enak. Adalah sebuah fakta jika Arashi tidak percaya akan ramalan. Hanya saja, Arashi yakin ada yang tidak beres dengan sekitarnya. 

Tenggelam dalam pemikirannya, tiba-tiba saja sebuah pot bunga jatuh tepat di hadapan wajah Arashi. Gelemprang pot bunga berbunyi nyaring menggema di telinganya. Pot itu pecah meleset satu senti saja dari kaki Arashi.

Arashi segera menoleh ke lantai dua ruko yang ada di sampingnya. Pot-pot berjejer di beranda dan tidak ada tanda-tanda orang di sana. Dengan sendirinya pot itu jatuh di hadapan Arashi.

Tidak, tidak, ini pasti hanya kebetulan.

Arashi melanjutkan perjalanannya dan bergegas keluar dari komplek pertokoan. Kini dia kembali ke komplek perumahan untuk mencari aman, tapi segera saja nasib sial berikutnya datang.

"Whoaa! Minggir! Minggir!" Seorang pengendara sepeda yang melaju kencang tak bisa menghentikan tunggangannya.

Dengan reflek tinggi yang dimiliki Arashi, dia berhasil menepi ke samping jalan dan terhindar dari tabrakan. Hanya saja, sebelah kakinya salah melangkah dan masuk ke selokan yang tak bertutup.

Apa-apaan ini?

Arashi hanya bisa membatin sambil memandangi nasib sepatunya yang bermandikan lumpur.

Belum sempat mengambil napas atas kejadian-kejadian barusan, air bah terjun bebas dari langit. Segala sesuatu yang ada di sana dalam sekejap tersapu bersih oleh air. Arashi menatap langit dengan ekspresi cemberut.

Entah kenapa aku merasa dikutuk oleh nenek itu.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang