98. Name

752 138 25
                                    

Jam istirahat. Karena Arashi ingin menjalani jam istirahatnya dengan tenang, dia pun menyuruh Neko untuk ke kantin dan makan sendirian di sana. Alhasil, segala kericuhan yang disebabkan oleh Neko seketika berpindah ke kantin pula.

"Akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang." Arashi meregangkan badannya di kursi.

"Ne Arashi-kun," panggil Haruka dan dibalas seadanya oleh Arashi.

"Ada apa?"

"Gadis yang tadi, aku penasaran kenapa kau tidak memangil dengan namanya? Apa benar seperti yang dia bilang kalau kau mendiskriminasinya?" tanya Haruka.

Raut wajah Arashi berubah menjadi lebih serius.

"Dia kupanggil gadis kampret karena memang kelakuannya," jawab Arashi.

"Bukan begitu maksudku, aku memang baru saja kenal denganmu, tapi rasanya di antara semua orang, yang kau panggil dengan nama hanya aku sendiri kan? Kenapa kau tidak memanggil yang lain dengan namanya?"

"Kau benar-benar ingin tau?" Arashi menunjukkan tatapan dingin yang tidak pernah dia tampakan pada Haruka sebelumnnya.

Dengan agak ragu Haruka menjawab, "Ya."

"Baiklah, akan kuberitau. Kalau dijelaskan secara singkat, mungkin aku trauma."

"Trauma katamu?"

Kejadian ini terjadi saat Arashi masih duduk di kelas 3 SD. Meskipun saat itu dia sudah terkenal dengan kenakalannya, tapi Arashi di kala itu masihlah seperti anak-anak pada umumnya.

Dengan gampang dan mudahnya dia bisa bermain dengan siapa saja, walau kata bermain di sini lebih merujuk pada Arashi yang mengerjai orang-orang di sekitarnya. Namun, dia yang saat itu masih sering tertawa-tawa dan masih memiliki orang-orang yang bisa dia anggap sebagai teman.

Sampai suatu hari.

"Hey Kagetora, bisa kau hentikan itu?"

"Ada apa Daisuke?"

"Kubilang hentikan itu, berhenti memanggilku sok akrab begitu."

"Eh? Apa maksudnya?"

"Anak nakal sepertimu tidak boleh memanggil nama orang seenaknya."

"Kenapa? Kita kan teman."

"Teman katamu? Orang sepertimu tidak berhak punya teman tau!"

Sejak saat itu, Arashi kecil tak pernah lagi memanggil seseorang dengan namanya. Selalu ada nama panggilan yang diberikan oleh Arashi. Seperti tukang ngompol, cengeng, wajah aneh, dan masih banyak lagi.

Hatinya tertutup. Dia bersumpah tidak akan memanggil orang lain dengan namanya.

"Begitu rupanya, jadi dulu pernah terjadi hal seperti itu padamu." Haruka menundukkan wajahnya karena prihatin terhadap masa lalu menyedihkan Arashi.

"Tapi itu bohong."

"Bohong kah?!" Tidak hanya Haruka yang kaget, tapi dua gadis lain yang menguping dari luar pun ikut kaget.

"Aku tau kalau kalian berdua menguping, karena itu aku sengaja berbohong," jawab Arashi beralasan.

"Jadi itu semua bohong? Hampir saja aku bersimpati denganmu," ujar Yumiko rada sebal.

"Yaah, tidak semua juga sih bohong, separuhnya saja mungkin."

"Ne Arashi-kun, terlepas itu bohong atau tidak, lalu kenapa kau memanggilku dengan namaku?" tanya Haruka yang masih belum mendapat pencerahan.

"Yaa, itu karena kau menyuruhku memanggilmu begitu kan? Sedangkan yang lainnya tidak."

"Ka-kalau begitu, kau boleh memanggilku Ayano, ah tidak, panggil aku Ayano mulai sekarang!" ucap Ayano seketika. "Rasanya kalau dipanggil gadis kampret terus seperti tidak akrab sama sekali, padahal kita sudah sering bermain bersama." Ayano menundukkan wajah untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

"Errr, kau juga bisa memanggilku dengan namaku. Aku tidak mau kalau setiap bertemu dipanggil dengan warna celana dalamku lagi," ucap Yumiko rada malu-malu.

Arashi sedikit tidak menyangkanya. Dia pikir tidak akan ada orang yang sudi untuk dipanggil namanya oleh Arashi. Hal ini membuat hatinya tersentuh.

"Baiklah kalau itu mau kalian, mulai sekarang aku akan memanggil dengan nama kalian."

NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now