180. Protest

423 83 32
                                    

Satu hari yang menenangkan untuk Neko di sekolah. Hari pertama Arashi di-skorsing membuat kondisi kelas menjadi sangat kondusif. Dengan langkah yang ringan, Neko pun pulang di sore itu. 

Namun Neko terdiam seribu bahasa. Apa yang dia lihat saat ini adalah sebuah fenomena langka yang baru kali ini Neko lihat.

Arashi sedang terlelap di sofa dengan keempat anak kucing di pangkuannya. Selama delapan bulan Neko tinggal di rumah ini, tidak pernah sekali pun Arashi mengizinkannya berada di pangkuan. Bahkan Neko pun tidak pernah digendong sama sekali.

"Nyaaa nyaaa nyaaaaaaa." Neko berteriak kencang karena tidak terima.

"Mmhh, berisik. Bangunkan aku kalau sudah waktunya makan malam." Arashi merunyam dalam kondisi setengah tidurnya.

Tidak mendapat perhatian yang diinginkan, Neko pun menunjukkan taringnya bersiap menggigit betis Arashi.

"Sedikit saja gigimu menyentuhku, kubuang kau," ancam Arashi dengan tatapan dan aura yang menyeramkan. 

Neko lumpuh seketika mendapati tatapan itu dan mengeong pelan. "Nyaaaw." 

"Haaa, kau ini kenapa sih, pulang-pulang sudah berisik saja." Arashi pun memutuskan untuk bangun sepenuhnya.

"Nyaaw nyanyanyaw nyaa nyaw."

"Mau bagaimana lagi, mereka tidur seenaknya."

"Nyanyaw nyaaa."

"Sadar diri woi, badanmu dibandingkan mereka jauhlah, mana bisa kau ikutan tidur dipangku begini."

"Nyaaaaa nyanyanyaaaa."

"Nyanyanya, berisik sekali."

"Myuu."

Tiba-tiba saja para kucing kecil terbangun.

"Lihat, gara-gara kau mereka terbangun kan?"

"Nyanyanyanyaaa."

"Tapi yang paling berisik itu kau," elak Arashi.

"Myuu miuu myu."

Mereka pun gelindingan turun dari sofa kemudian menggeliat di sekitar Neko. Namun, Neko hanya menatap mereka dengan kecemburuan.

"Nyanyaw nyaw nyaau."

"Myuuu."

Begitulah para anak kucing itu berhenti menggerayangi tubuh Neko dan berbaris menerima ceramah Neko.

"Haa, dasar kucing, masalah begitu dibesar-besarkan."

"Nyanyanya nyanya nyaau nyaaaaa." Neko berguling-guling merajuk sambil menghentak-hentak lantai dengan ekornya.

"Lagipula mereka kan kau yang bawa, seharusnya kau bisa menerima tingkah mereka."

Neko terdiam kemudian menatap Arashi dengan wajah cemberut. "Nyaa." Kemudian dia memalingkah wajahnya.

"Hey Neko, aku baru sadar sesuatu," ucap Arashi sambil melirik ke langit-langit.

"Nyanya?"

"Para anak kucing ini, namanya siapa?"

Pertanyaan itu pun sukses membuat mereka yang di ruangan itu terdiam.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now