123. Childhood [2]

658 121 27
                                    

"A-kun, main di luar yuk!"

"Gak mau, di luar panas," jawab Arashi kecil saat diajak kakaknya.

"A-kun diberi PR untuk menulis kegiatan selama liburan kan? Kalau tidak melakukan apa-apa, apa yang akan A-kun tulis?" tanya kakaknya.

"Sudah kuisi semua dengan 'Bermain di rumah', jadi tidak ada masalah." Nyatanya dia tidak benar-benar sedang bermain di rumah, hanya guling-guling tidak karuan dan bolak-balik keliling rumah saja.

"Tidak boleh begitu A-kun, kau harus beraktivitas di luar, nanti tubuhmu tidak akan sehat!" Kakaknya pun berusaha dengan paksa membawa Arashi keluar ruangan. Namun, Arashi bersikeras tidak ingin keluar sampai berpegang erat di sofa.

Namanya saja anak kecil, dibandingkan dengan kakaknya yang lebih tua 5 tahun, tentu saja tenaga Arashi kalah kuat. Terpaksalah dia dibawa keluar rumah.

"Panaaaas, apa tidak ada tempat yang teduh, kak?" Arashi berjalan sempoyongan di bawah teriknya mentari musim panas.

"Kalau begitu, bagaimana kalau ke taman? Di sana ada pohon untuk berteduh," saran kakaknya.

"Cih, ada taman rupanya, kalau tidak ada kan bisa langsung pulang," gumam Arashi pelan.

"A-kun bilang sesuatu?" tanya kakaknya.

"Tidak, udah cepat ke taman! Di sini panas!" Arashi semakin rewel.

Seperti yang dibilang kakaknya, di taman terdapat pohon yang cukup rindang, membuat tempat ini cukup teduh. Selain kursi yang berada di pinggiran taman, ada banyak permainan seperti ayunan, perosotan, gelantungan, dan kotak pasir di taman itu.

"Wooah, lihat A-kun, ada ayunan loh!" Kakaknya menunjuk dengan girang.

"Hmm, terserah aku mau berteduh." Arashi berjalan menjauh menuju tepi taman.

"Ciih, A-kun gak seru, aku bermain sendiri saja kalau begitu."

Arashi nampak tidak peduli dan memilih berbaring di kursi taman. Matanya memejam di bawah naungan rindangnya pohon. Hampir saja dia terbawa ke alam mimpi, tetapi pipinya terasa seperti ditusuk sesuatu.

Arashi pun membuka matanya dan mendapati anak perempuan yang seumuran dengannya berkepang dua. Mata anak itu memancarkan rasa penasaran, dan jari telunjuknya terus-terusan menusuk pipi Arashi.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Arashi agak kesal.

"Kau gelandangan?" tanya anak itu dengan polosnya.

"Bukan." Arashi berusaha menjawab sesingkat mungkin.

"Lalu kenapa kau tidur di sini?" tanya anak itu lagi.

"Terserahku kan? Kau bocah pergilah dari sini!" Arashi kembali memejamkan matanya, tetapi tidak bertahan lama.

"Kau juga bocah loh," balas anak kecil itu sambil kembali menusuk-nusuk pipi Arashi.

NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now