167. Unexpected Encounter

511 103 51
                                    

Hari Senin, hari yang tidak dinanti-nantikan para siswa di seluruh dunia. Pasalnya saat Senin ke Minggu perlu enam hari, sedangkan Minggu ke Senin hanya perlu sehari.

Dengan malasnya, Arashi berjalan menuju sekolah. Neko dia tinggal karena masih harus mengurus keempat bocah kecil, pasukan baru Arashi. Di tengah perjalanannya ...,

"Selamat pagi, Arashi-kun," sapa Haruka dari dalam mobil.

"Oh Haruka, kau baru berangkat jam segini?" Arashi yakin saat dia berangkat dari rumah sudah jam setengah sembilan.

"Sesekali telat tidak masalah kan? Ngomong-ngomong Arashi-kun, mau ikut denganku?" tawar Haruka.

"Tidak usah, aku memang sengaja mau telat kok."

"Kalau begitu aku juga ikut jalan saja." Haruka tanpa ragu turun dari mobilnya. "Wescott, kau boleh pulang sekarang."

"Kau yakin?" tanya Arashi.

"Tidak apa, sudah kubilang kan, sesekali telat tidak masalah."

"Terserahlah kalau kau bilang begitu."

Mereka berdua pun berjalan beriringan dengan santai ditemani percakapan ringan yang sesekali mengundang tawa.

"Ngomong-ngomong, bagaimana caramu lepas dari ikatan waktu itu? Setelah sampai rumah aku baru kepikiran."

"Hahaha, jangan ingatkan aku dengan  hari buruk itu." Arashi memalingkan pandangannya berusaha tidak mengungkit lagi pembicaraan itu.

"Hei Arashi-kun, yang di depan itu." Haruka mengarahkan jari telunjuknya ke tanjakan di depan, menunjuk seorang gadis berambut panjang dan sedang berjalan seorang diri.

Angin lembut pun bertiup dari atas bukit, menerbangkan belakang rok gadis di depan dan menunjukkan pemandangan yang akan Arashi kenang selamanya.

"Hooo, hari ini bersalju." Cengiran lebar menempel di wajah Arashi. Satu detik kemudian cengiran itu hilang bersamaan dengan wajah Arashi karena diinjak keras oleh gadis yang berlari kencang menuruni bukit itu.

"Sudah kuduga Yumiko-chan."

"Eh, Nakano Haruka, sejak kapan kau di situ?" tanya Yumiko yang baru menyadari keberadaan Haruka.

"Sudah dari tadi, aku jalan bersama Arashi-kun."

"Benarkah? Aku sama sekali tidak menyadarinya."

"Itu karena kau langsung lari menendang wajahku, padahal bukan salahku rokmu terangkat," ucap Arashi yang sudah pulih kembali.

"Tapi itu salahmu karena tidak memalingkan wajah!" Yumiko menarik kerahnya sebal.

"Mana mungkin kan aku mengalihkan wajah dari pemandangan surgawi itu."

"Dasar bejat, mesum, tidak kusangka ada orang sepertimu di dunia ini."

"Ooooi!!!"

Memecah perkelahian mereka, seorang gadis dengan rambut sebahu memanggil sambil melambai-lambaikan tangannya.

Memori masa lalu terulang kembali dalam kepala Arashi. Kejadian itu masih membuatnya trauma, alhasil dia tidak menyapa balik sebagaimana Yumiko dan Haruka.

"Selamat pagi Ayano-san."

"Ayano, kau telat lagi yah."

"Hehehe, kalian juga tidak biasanya telat berjamaah begini." Ayano menyengir sambil mengusap belakang kepalanya. "Oh ya, Kagetora-kun! Kau belum membalas sapaanku!"

"Eh? Kau menyapaku?"

"Tentu sajalah! Moo Kagetora-kun bodoh!" Pukulan lemahnya mendarat di dada Arashi.

"Anoo, kalau kita tidak bergegas gerbangnya akan ditutup loh." Haruka menyadarkan, dan membuat semuanya bergegas menuju gerbang. Namun, tidak dengan Arashi. Dia masih berjalan dengan santai, karena tujuannya memang ingin telat.

"Kagetora-kun, sebaiknya kau percepat langkahmu!" Ayano berlari kembali dan menarik tangan Arashi.

"Eh? Tu--"

"Tidak akan kubiarkan ada yang telat saat dalam pengawasanku!"

Yumiko pun ikut menarik sebelah tangan Arashi yang lainnya.

"Ayo Arashi-kun, sepertinya kau tidak perlu telat hari ini." Haruka pun ikut mendorong punggung Arashi.

Mereka berempat pun berlari dengan tawa riang, kecuali Arashi yang merasa terseret ke mana-mana. Gerbang sekolah sudah di depan mata mereka,  tetapi mereka harus terhenti di sana.

"Arashi-senpai!!!"

Seorang gadis SMP datang begitu saja dan memeluk tubuh Arashi. Keempatnya terdiam melihat gadis berkuncir dua itu. Tidak hanya Ayano, Yumiko, dan Haruka yang kebingungan, Arashi juga begitu. Dalam hati, keempatnya sama-sama memikirkan.

Siapa anak ini?


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now