127. Visit [2]

708 109 29
                                    

"Nyaaaw!" Neko mengeong panjang, mengusik telinga Arashi yang masih ingin tiduran.

"Kucing sialan, apa maumu?" tanya Arashi setengah terpejam.

"Nya nyaaw nyaaw," jawab Neko.

"Menjenguk? Aku masih ngantuk, bisa nanti saja?" Arashi kembali memejamkan matanya.

"Arashi-kun?" Suara inilah yang mengehentikan Arashi kehilangan kesadarannya. Matanya pun akhirnya terbuka sempurna.

"Oh, Haruka rupanya, silakan masuk." Sikap Arashi tiba-tiba berubah dari sebelumnya.

"Maaf mengganggu istirahatmu, bagaimana keadaanmu?" tanya Haruka yang kemudian duduk di kursi samping kasur.

"Seperti yang kau lihat, tidak bisa bergerak sedikit pun." Arashi menunjuk badannya dengan gerakan mata.

"Nyanyaw." Neko mengeong lagi.

"Masih ada?" tanya Arashi bingung.

"Uwaaah, aku baru pertama kali ini melihat ruangan VVIP di rumah sakit!" Ayano datang dengan berisiknya. Mengikuti di belakangnya Yumiko, seakan seperti penjaga pribadi Ayano.

"Neko, kenapa kau membawa mereka juga?" tanya Arashi.

"Nyaw nyaw nyaaw," jawabnya.

"Seharusnya kau bisa memilah mana orang yang bisa berkunjung, dan mana yang tidak," omel Arashi.

"Oh, jadi kau tidak perlu ini?" Yumiko pun menunjukkan sekeranjang buah di tangan kanannya.

"Wuoooh, sampai repot-repot membeli buah--ah, tapi percuma saja kalau tidak bisa kumakan." Arashi kehilangan kegembiraannya saat sadar kondisi badannya yang tidak bisa bergerak dan hanya bisa menerima makanan berupa infus.

"Kalau begitu biar kusuapi." Haruka pun inisiatif mengambil keranjang buah dari Yumiko. "Kau mau buah apa?" tanyanya sambil menunjukkan berbagai buah di keranjang itu.

"Apel kurasa," jawab Arashi.

"Baiklah, bilang aaa!" Haruka langsung mendekatkan sebuah apel ke mulut Arashi.

"Tu-tunggu dulu Nakano-san! Setidaknya dipotong dulu sebelum memberikannya pada Kagetora-kun." Ayano segera mengambil pisau dapur dan sebuah piring kecil. Dengan telaten dia memotong apel tersebut hingga berbentuk seperti kelinci.

"Tidak diduga kau terampil juga, kupikir kau hanya seorang gadis kampret," komentar Arashi.

"Kagetora-kun! Bukannya sudah kubilang cukup memanggilku gadis kampret!"

"Ayano, dia tidak akan mendengarkan biarpun kau memarahinya, harusnya kau melakukan ini biar dia mau menurut." Yumiko mengambil pisau di tangan Ayano dan mengarahkannya ke badan Arashi.

"Oi oi oi! Apa yang kau lakukan? Bukannya kau komite kedisiplinan? Membunuh itu pelanggaran peraturan sekolah loh, oooi!!!" Arashi makin mengencangkan teriakannya karena Yumiko tidak mau berheti mendekatkan pisau ke badah Arashi.

"Bercanda, senang juga sesekali bisa membalas perbuatan jahatmu." Yumiko menarik kembali pisaunya.

"Kalau pakai celana dalam hitam kau jadi jahat yah," ucap Arashi setelah agak tenang.

"Mungkin sebaiknya aku benar-benar membunuhmu yah!" Yumiko kembali mengacungkan pisaunya ke badan Arashi dengan tatapan serius.

"Tunggu dulu, jangan gegabah, tolong hentikan! Siapa saja hentikan diaaa!!!"

"Ah." Mata Arashi terbuka di ruangan yang gelap. Dengan keterbatasan gerakan, dia lirikkan matanya ke kiri dan ke kanan. Rupanya hari sudah malam.

"Apa jangan-jangan yang tadi cuman mimpi yah?" Arashi bergumam dan berusaha mengingat kembali kejadian. Namun, tidak ada yang dapat dia ingat. Akhirnya dia pun berkesimpulan kalau yang tadi benar-benar hanya mimpi.

Padahal, di sudut ruangan, di atas meja di mana Arashi tidak dapat melihatnya, terdapat sekeranjang buah dan sepiring apel yang telah dipotong.



NEXT>>>

Bad Boy and His CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang