179. Cuddling

396 84 9
                                    

Arashi kembali terbaring di lantai kamarnya. Memandang langit-langit dengan tatapan kosong. Namun, pengindera dengarnya kemudian menangkap suara kecil di pintunya.

Srak srak srak

"Miuu." Ketika Arashi mendengar suara itu, kali ini dia yakin bahwa yang ada di balik pintu adalah pasukan anak kucing.

Arashi pun membuka pintu kamarnya dan mendapati keempat anak berbaris rapi di depan pintunya.

"Myuuu."

"Ah benar juga, sudah waktunya makan." Arashi pun melangkah keluar kamarnya kemudian terdiam. "Tunggu sebentar, bagaimana cara kalian menaiki tangga ini?" Arashi bingung sendiri mengingat para anak kucing masih sangat kecil, dan tinggi satu anak tangga melebihi tinggi mereka.

Ya bodoh amatlah, mungkin Neko yang mengajari mereka.

Arashi pun melanjutkan langkahnya diikuti keempat anak kucing di belakangnya.

Sepertinya rasa malas benar-benar merasuk ke dalam jiwa Arashi. Untuk makan siangnya ini dia hanya merebus air untuk menyeduh mie instan. Sambil menunggu air mendidih, Arashi pun menyalakan televisi.

"Myuuu."

Namun, keempat anak kucing itu mulai berisik. Arashi hanya memberikan mereka tatapan kesal, dan kemudian mereka pun terdiam. Saat Arashi berbalik fokus pada televisi, sekali lagi anak-anak kucing itu memekik kencang.

"Guuh, ada apa sih?"

"Miuu."

"Makanan kalian? Memangnya kalian umur berapa? Sudah bisa makan apa?"

"Myuuu."

"Kalian tanya aku juga mana tau. Haaa, biar kulihat dulu."

Arashi pun bangkit dari sofanya, mendekati keempat anak kucing. Dia buka mulut anak-anak kucing itu satu persatu, memeriksa sudah seberapa tumbuh gigi mereka.

"Kalau gigi kalian masih seperti ini, sepertinya baru umur 4 atau 5 minggu. Sebaiknya jangan makan daging dulu. Kalau begitu ...." Arashi pun mengambil susu kucing milik Neko di rak atas. Dengan cukup telaten dia menyiapkan semangkuk susu untuk mereka berempat.

"Nih, setidaknya Neko sudah mengajari kalian cara minum dari mangkuk kan?"

Awalnya Arashi khawatir jika mereka tidak bisa dan malah menumpahkan susu tersebut. Tidak taunya, mereka dengan sangat antusias mengerumuni mangkuk susu itu dan meneguknya dengan cepat.

"Haa, dasar anak kucing, sebaiknya aku makan juga."

Arashi kembali pada mie instannya. Duduk di sofa menghadap pada televisi.

Slurrrrpp

Suara itu menggema di seluruh ruangan, mengalahkan suara televisi. Namun, ada satu suara yang mampu mengalahkan seruputan Arashi.

"Miu miuuu myuuu." Keempat Anak kucing itu mulai mengeong di kaki Arashi sambil menggeliat.

"Apa yang kalian lakukan? Aku tidak akan memberikan mie ini pada kalian loh! Ini bukan makanan kucing." Arashi mengangkat gelas mie-nya lebih tinggi.

"Myuuuu." Anak kucing itu pun memanjat ke atas sofa dan langsung ke paha Arashi. "Myuuu." Sekali lagi mereka berempat menggeliat di sekitar tubuh Arashi.

"Oi, sudah kubilang ini bukan makanan kalian."

Namun, tidak seperti yang dikira Arashi, ternyata mereka mulai melingkarkan badan dan tertidur di kaki Arashi.

"Oooi, jangan tidur di sini, aku tidak bisa ke mana-mana jadinya. Haa, dasar anak kucing." Arashi tersenyum dan mengelus bulu halus keempat anak kucing itu.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now