197. Ritual

416 92 43
                                    

Persiapan untuk rumah hantu berjalan dengan baik. Dipimpin oleh Arashi, tidak ada satu orang pun yang membolos dari pekerjaan mereka. Pasalnya, Arashi mewanti-wanti, apabila ada yang bolos dari tugasnya barang sehari saja, Arashi akan mengirimkan hantu ke rumahnya. Dan begitulah, proyek rumah hantu untuk festival budaya kelas 1-B menjadi yang paling jauh perkembangannya.

"Oh ya, kita belum memanggil hantunya."

"Tu-tunggu dulu! Bukannya terlalu cepat memanggil mereka sekarang? Masih ada satu minggu lagi loh!"

"Justru karena tinggal satu minggu lagi, mereka harus dipanggil segera. Karena bisa gawat kalau para hantu tidak bisa membedakan mana kawan, mana mangsa." Arashi menjelaskan sambil tangannya bergerak menggambar sesuatu di papan tulis.

"Kubilang tunggu dulu!" Fuuka naik pitam karena panik dan langsung merebut kapur dari tangan Arashi. "A-apa ini benar-benar aman kalau memanggil mereka sekarang?"

"Lebih baik mereka berkeliaran di sekitarmu selama seminggu ini daripada nanti kalian diserang oleh mereka saat hari H kan?"

Sebenarnya itu pilihan yang berat. Fuuka menatap pada teman sekelasnya yang lain pun, tidak ada dari mereka yang memberikan ekspresi mantap. Rasa cemas tergambar jelas di wajah mereka.

"Lagipula gambarnya sudah selesai, tinggal sentuhan terakhir." Arashi menggigit jempolnya hingga berdarah kemudian menempelkannya tepat di tengah gambar. "Wahai roh yang tidak tenang, jika kau masih punya penyesalan, dengarkanlah panggilan ini. Kagetora Arashi mengundang kalian untuk berpesta."

Fuuka terlambat menghentikan Arashi. Sesaat setelah mantra diucapkan oleh Arashi, seisi kelas menjadi gelap meskipun di luar matahari masih bersinar terang. Asap kelabu dengan hawa dingin menyeruak dari permukaan lantai. Satu per satu sosok samar seperti uap menyembul keluar. 

"KYAAAAA!!!" Para siswa kelas 1-B tentu saja panik dan berusaha lari keluar kelas. Namun, seakan ada dinding tak terlihat di depan pintu, mereka tidak bisa lewat.

"Kagetora-kun, kubilang tunggu kan?!" Fuuka berteriak sambil terisak karena ketakutan.

"Arashi-kun bodoh! Kalau dipanggil sekarang, apa gunanya?!" Haruka ikut mengumpat Arashi.

"Bagaimana caranya kau memanggil mereka semudah itu? Apa benar kau raja iblis?" Seperti biasanya, Ayano melewatkan bagian terpenting dan justru fokus pada hal yang tidak penting.

"Oi Kagetora, keluarkan kami!"

"Nyaaaaarrgg hiiiiisshh nguynyawaaaa!!!"

"Arashi kampret! Ini lebih seram dari uji nyali yang lalu."

"Mamaaaa, aku mau pulang."

Teriakan para siswa yang ketakutan menggema dengan keras di ruang kelas 1-B. Tidak hanya suara mereka, para hantu pun sama berisiknya dengan teriakan "Wuuuuu" mereka.

"Semuanya diaaaaaaam!!!"

Baik manusia, termasuk kucing, maupun hantu, semua terdiam mendengar Arashi berteriak.

"Untuk para hantu, kenali wajah-wajah di kelas ini, apa pun yang terjadi, jangan mencoba menyakiti mereka, dan jangan sekalipun keluar dari ruangan ini, kalian paham?" tanya Arashi dengan tatapan yang bisa mengintimidasi para hantu.

"Untuk kalian para manusia ..., dan kucing, jangan khawatir atau takut dengan mereka, jika kalian merasa terancam dengan kehadirannya, sebut saja namaku tiga kali."

Mantra macam apa itu?

Dan begitulah, akhirnya kelas 1-B terpaksa beraktivitas belajar mengajar dengan diawasi oleh para hantu yang bergentayangan di kelas mereka. Namun,

"A-anooo Kagetora-kun, sepertinya bahuku tambah berat, dan dari papan tulis sesekali keluar darah, bahkan beberapa barang sering kali dijatuhkan, apa para hantumu yang melakukannya?" tanya Pak Nakamura sambil memasang kacamata yang melayang di atas kepalanya.

Ah, aku lupa menambahkan Pak Nakamura dalam pengecualian.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now