48. First Holiday

1.2K 229 91
                                    

Setelah melalui ujian berat, liburan panjang pun tiba. Jam menunjukkan pukul 9.10 pagi dan Arashi masih melingkar di kasurnya dengan selimut.  Kamarnya gelap dan AC menyala pada suhu terrendahnya. Arashi benar-benar telah jatuh dalam mode hibernasi musim panasnya.

Namun, tak lama dia bangkit dari tidurnya.

Aneh, ini benar-benar aneh, biasanya selalu akan ada orang yang mengganggu tidur pagiku meskipun itu hari libur, tapi pagi ini begitu tenang.

Arashi pun mengamat-amati kamarnya, meneliti jikalau ada Neko yang tengah bersembunyi untuk membangunkannya. Namun, nihil. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Neko di ruangan itu.

Aneh, ini benar-benar aneh

Mata Arashi memicing karena mencium aroma yang tidak beres.

Arashi pun menapakkan langkah pertamanya di lantai. Murni karena rasa penasarannya, dia pun berjalan menuju pintu. Hingga akhirnya tangannya terhenti saat menyentuh gagang.

 Kalau aku keluar sekarang, aku akan kehilangan kesempatanku tidur seharian di kamar sambil bermalas-malasan.

Begitulah pikir Arashi sambil meragu untuk membuka pintu atau tidak.

Tapi di luar terasa sangat sepi, ada apa ini? Apa ini suatu tipu muslihat yang direncanakan.

Pikirannya kembali menerka-nerka.

Trululululu

Telepon pun berdering dari lantai bawah.

Trululululu

Sekali lagi berdering, dan terus berdering. Namun, tidak ada yang mengangkatnya hingga dering itu berhenti sendiri.

Aneh, ini benar-benar aneh, biasanya kalau pun Ibu tidak ada, Neko pasti mengangkatnya.

Drrttttt

Sekarang ponsel Arashi yang bergetar di atas meja. Arashi berbalik kaget saat mendengarnya pertama kali. Perlahan, dia dekati ponsel itu seakan mendekati bom waktu. Diintipnya siapa penelpon tersebut.

[Ibu]

Begitulah yang tertulis di layarnya. Dengan segera Arashi kehilangan rasa gugupnya dan mengangkat telepon dengan wajah datar.

"Halo."

[Ah, Arashi. Kau sudah bangun?] Suara Fubuki terdengar dari sambungan ponsel.

"Ya, baru saja."

[Dasar pemalas, seharusnya kau bangun lebih pagi lagi.] Fubuki menggerutu, dari balik gerutuannya entah kenapa dapat terdengar suara ombak dan burung camar. Mendengar suara itu, Arashi pun penasaran.

"Saat ini ibu di mana?"

[Ah, sebenarnya tadi pagi ayahmu datang mengajak liburan, saat ini kami berada di kapal pesiar menuju pulau pribadi. Nyaaaw. Ah, Neko juga ikut kami. AH! Jangan salah kira yah, sebenarnya aku tidak senang diajak liburan seperti ini, tapi dia terus memaksa, jadi mau bagaimana lagi.]

"Tunggu dulu, kalian pergi liburan tanpaku? Keluarga macam apa kalian?!" Arashi membentak dari ponselnya.

[Mau bagaimana lagi, kamarmu terkunci dan tidak bisa dibangunkan dari luar, bahkan Neko sudah mencoba membobol kunci kamarmu, tapi tidak berhasil. Ya sudah, kami berangkat bertiga saja. Kalau kau lapar, belanja sendiri yah, aku tidak sempat menyiapkan makanan, dan aku tidak ada meninggalkan uang, jadi pakai uangmu sendiri, ada banyak kan? Sudah yah.]

Tuuuut

Bahkan sebelum Arashi ingin protes lebih lanjut, sambungan telepon sudah diputuskan.

Entah kenapa aku merasa masih dikutuk nenek itu.

NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now