67. Sister [3]

1K 190 64
                                    

Keesokan pagi.

Hari Arashi dia awali dengan menonton tv sambil rebahan di sofa. Ditemani Neko yang duduk melingkar di dekat kaki Arashi.

"A-kun, kenapa pagi-pagi sudah malas-malasan begitu? Setidaknya bantu mama untuk menyiapakan sarapan dong!" tegur kakaknya yang prihatin melihat Fubuki menyiapkan sarapan sendirian.

"Biar saja, Arashi memang tidak bisa diharapkan, kau saja yang bantu mama sini," ajak Fubuki.

"Biar kuklarifikasi, bukannya aku tidak ingin membantu, tapi ibu selalu saja mengusirku dari dapur, padahal ada kalanya aku juga bisa membantu."

"Heee, kalau begitu bantuin sini," ajak Fubuki.

"Males pake banget," jawab Arashi cepat.

Ini anak beneran nyebelin rupanya

Fubuki hanya bisa membatin sambil menahan dongkol dan melampiaskan ke wortel yang dipotongnya.

"Oh ya, siang ini aku akan pergi ke tempat seseorang, jadi tidak perlu dibuatkan makan siang," ucap Arashi tanpa memalingkan wajahnya dari televisi.

"Seseorang? Seseorang itu bukan Ayano ataupun Yumiko kan? Jika kau berani mengganggu mereka, lehermu akan menggantikan wortel ini."

Tak

Wortel pun dipotong dengan kasar hingga meninggalkan bekas melintang di talenan.

"Kenapa sih tidak bisa percaya sedikit saja dengan putramu sendiri? Aku mau mengajari seseorang yang terjebak remedi loh, kali ini aku berbuat baik loh, sesekali dipuji kenapa sih?"

"Karena anak badung sepertimu sangat tidak mungkin membantu orang lain tanpa ada maksud tertentu." Fubuki membalas cepat tanpa jeda.

"Enak yah, A-kun bisa punya teman," ucap kakaknya mengiri.

"Dia bukan teman, dia budak," ucap Arashi mempertegas hubungannya dengan seseorang yang dia sebutkan.

"Meskipun begitu tetap saja enak, aku malah tidak punya teman seorang pun." Gadis itu menghela napasnya panjang.

"Itu karena kau terlalu baik." 

Ruangan itu pun tiba-tiba sepi. Gerakan tangan gadis itu terhenti.

"Hueeee, jangan berkata begitu, aku jadi teringat kejadian minggu lalu kan, hueeeee." Tangisnya pun pecah. "Minggu lalu aku nembak senior di kampusku, tapi dia justru menjawab 'Maaf, kamu terlalu baik buat aku.' hueee, trus aku bilang 'Bagaimana kalau menjadi teman saja?' tapi dia langsung menjawab, 'Itu tidak mungkin, aku tidak pantas menjadi temanmu.' begitu katanya. Kan sedih ditolak seperti itu, Mama, A-kun jahat!!!" Gadis yang cengeng itu pun segera memeluk Fubuki.

"Salahkan saja semua padaku," komentar Arashi, "kalau alasannya terlalu baik, jadi jahat saja, kan beres," tambahnya.

"Eh, benar juga, aku tinggal jadi anak jahat saja yah."

"Nak, jangan dengarkan bisikan iblis nak, sadarlah!" Fubuki segera menyadarkan anaknya dengan panik.

NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now