126. Childhood [5]

685 120 42
                                    

"Urrgh." Mata Arashi mengerjap ketika mendapat kesadaran untuk pertama kalinya.

"Apa kau sudah sadar, nak?" tanya Pria berpakaian serba putih.

"Di mana ini?" tanya Arashi karena tidak mengenali langit-langit yang dilihatnya.

"Ini adalah surga," jawab Pria berpakaian serba putih itu.

"Begitu, aku sudah mati yah, pantas saja aku tidak bisa begerak," jawab Arashi dengan pasrah.

"Dokter, apa yang Anda katakan pada anak saya?!" Fubuki datang dengan membanting pintu.

"Ah, itu, ini bercandaan kok, sejak dulu saya selalu ingin mencobanya," jawab Dokter Nakamura rada gugup karena dipandangi dengan tajam oleh Fubuki.

"A-KUN!" Kozui langsung melompat memeluk tubuh Arashi yang masih terbaring, tangisnya pecah sejadi mungkin saat melihat adiknya yang telah siuman. Begitu pula Arashi, dia menangis tersedu-sedu menahan rasa sakit akibat tubuhnya dipeluk oleh Kozui.

"Kozui, sudah cukup adikmu sudah hampir sekarat lagi!" tegur Fubuki. Kozui pun menatap Arashi yang bola matanya sudah hampir terbalik.

"Ah, maaf A-kun." Perlahan Kozui melepaskan pelukannya, membiarkan tubuh Arashi beristirahat.

"Selamat siang," sapa seorang paruh baya dengan setelan rapinya.

"Siapa kau?" Arashi langsung bertanya karena tidak mengenali wajah tersebut.

"Perkenalkan, nama saya Nakamura Ichiro, saya adalah wali kelas dari murid SMA yang menyerangmu dan orang yang memberi rujukan ke rumah sakit tempat adik saya bekerja ini pada orang tuamu. Jadi, tolong jangan menatap saya dengan tatapan seram seperti itu."

Arashi pun menghilangkan kewaspadaannya. Dia pikir orang ini adalah polisi yang berniat menginterogasi atau semacamnya.

"Terkait hal yang dilakukan murid saya, saya meminta maaf sebesar-besarnya." Pak Nakamura membungkukkan badannya pada Arashi.

"Ibu Kagetora, jika tidak keberatan apa saya boleh berbicara berdua saja dengan Kagetora-kun?" pinta Pak Nakamura.

Sebenarnya Fubuki masih ingin lebih lama menjenguk anaknya, tapi kali ini dia mengalah dan beranjak keluar bersama Kozui.

"Kagetora-kun, saya tau kebenarannya bahwa kaulah yang menyerang murid saya pertama kali." Mendengar hal itu Arashi kembali menatap tajam ke arah Pak Nakamura.

"Ha ha ha, pantas saja mereka berani melawanmu, tatapanmu kurang mengerikan." Pak Nakamura membuka matanya yang biasanya agak tertutup itu.

Auranya seketika berubah, dari tatapan mata itu saja Arashi bisa merasakan teror macam apa yang akan dia alami. Keringat dingin mengalir dari dahi Arashi, badannya bergetar hebat, hingga napasnya terasa sesak.

"Tenang saja Kagetora-kun, aku tidak berniat menyakitimu." Pak Nakamura kembali ke sisi baiknya. "Justru aku berniat untuk mengembangkan bakatmu agar bisa menjadi lebih kuat," sambungnya.

"Kau akan membuatku lebih kuat?" tanya Arashi memastikan.

"Ya, pertama-tama biar kuajarkan cara membuat agar orang lain jera, Futaro, peras uang kelima anak itu sebanyak-banyaknya, hasilnya jangan lupa dibagi dua."

"Kau yakin kak? Mereka muridmu loh?" Dokter Nakamura nampak tidak yakin.

"Tidak apa, muridku saat ini adalah Kagetora-kun yang ada di sini." Pak Nakamura pun mengusap dahi Arashi. Sejak saat itulah, di bawah arahan Pak Nakamura, Arashi terus mengembangkan dirinya agar menjadi tak terkalahkan dan tak terbantahkan.

Arashi diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah 2 minggu lebih dirawat. Selama itu, sedikit yang dia ketahui bahwa Maki tidak lagi tinggal di dekat perumahannya, dan rumor tentang kengerian Arashi sudah menyebar luas di kalangan anak-anak SD. Sejak saat itu pula dia mulai dijauhi dan kehilangan sosok yang bisa dia sebut teman.

NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now