125. Childhood [4]

671 114 31
                                    

Jika biasanya Arashi diseret oleh kakaknya untuk ke taman, kali ini Arashi justru sukarela untuk berangkat. Malahan dia yang memaksa kakaknya untuk bergegas.

"Kak, cepat!" teriak Arashi dari depan pintu.

"A-kun pergi duluan saja, nantu aku menyusul," jawab kakaknya dari dalam.

Mendengar jawaban itu Arashi pun segera melesat menuju taman. Beberapa hari terakhir ini, Arashi nampak bahagia bermain bersama kakaknya dan Maki di taman.

Tepat di depan taman, Arashi melihat siluet gadis berkepang dua.

"Oi Maki!" panggil Arashi dari kejauhan.

Maki yang dipanggil Arashi membalas dengan tatapan yang menunjukkan rasa sedih. Rasa penasaran Arashi tentang kesedihan Maki itu terjawab saat dia melihat ke arah taman. Enam orang berseragam SMA sedang asyik bermain dan menguasai hampir semua wahana permainan.

"A-kun, bagaimana ini?" tanya Maki.

"Tenang saja, akan kuusir mereka," jawab Arashi dengan percaya dirinya.

Meskipun dia hanyalah anak berumur tujuh tahun, Arashi dengan beraninya berdiri menantang anak-anak SMA itu.

"Hei kalian, kalian sudah terlalu tua untuk bermain di sini, pergilah!" usir Arashi dengan wajah yang sok.

Menanggapi ucapan Arashi itu, mereka hanya tertawa.

"Oi bocah, kau saja yang pergi bersama pacar kecilmu itu, hus hus!" ucap salah seorang di antara mereka yang menghadapi Arashi.

Tak segan-segan, Arashi segera menyundulkan kepalanya ke arah selangkangan pemuda di depannya itu. Seketika itu pula dia jatuh tersungkur.

"Kalian saja yang pergi, kalau tidak mau akan kuusir kalian secara paksa." Arashi menunjukkan wajah mengintimidasinya. Namun, hal itu justru memprovokasi para anak SMA itu. Seperti yang Arashi harapkan.

Satu per satu mereka maju menyerang Arashi. Dengan tubuhnya yang kecil, Arashi mampu bermanuver lebih lincah ketimbang para anak SMA. Hal itulah yang membuat Arashi tidak terkena satu serangan pun. Ketika dia menemukan celah, Arashi langsung memberikan serangan.

Alur pertarungan berpihak pada Arashi. Para anak SMA itu mulai kelelahan menyerang Arashi yang tidak pernah kena dan tubuhnya mulai terasa sakit karena terkena serangan Arashi. Meskipun serangan itu tidak terlalu bertenaga, jika banyak serangan yang kena, sakit juga pada akhirnya.

Aku bisa menang.

Begitulah yang dipikirkan Arashi, hingga suatu benda mengkilat bergerak cepat bergerak di antara matanya. Arashi melompat mundur. Dia pegang area hidung yang terasa sakit, dan saat itulah cairan merah membekas di tangannya.

"Hah, bagaimana anak kecil?! Itulah akibatnya berani menantang anak SMA!" teriak seorang dari mereka yang memegang pisau.

Napas Arashi pun tersengal, darahnya mendidih hingga ke ubun-ubun, tak lama kemudian pandangannya pun berubah menjadi gelap.

"HEEAAAAAA!!!"

Dalam kondisi tidak sadarkan diri, Arashi menerjang secara membabi buta ke arah anak-anak SMA itu. Jika manusia pada normalnya tidak dapat mengeluarkan 100% kekuatannya, Arashi dapat mencapainya, bahkan melampauinya. Itulah yang terjadi di saat dia kehilangan kendali atas kontrol kekuatannya.

Kejadian itu berlangsung singkat. Saat Arashi kembali sadar, di hadapannya lima orang siswa SMA sudah habis babak belur. Lebam, patah tulang, bahkan ada yang sampai pendarahan. Kondisi taman pun menjadi tidak karuan, kursi-kursi taman berhamburan, tiang ayunan bengkok, dan perosotan rusak berat menimpa salah seorang anak SMA.

Hal terakhir yang Arashi saksikan sebelum tumbang adalah, sosok Maki yang ikut terlibat dalam amukannya.



NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now